Jumat, 24 Agustus 2012

Tugu Identitas Kudus " The Holy Identity Tower"

Tugu Identitas Kudus dibangun pada tgl 25 Mei 1986 dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah H. Ismail pada 28 September 1987.
Terletak di sebelah utara Kudus Extension Mall di Jl Lukmonohadi Kudus. Arsitekturnya didesain mirip dengan Menara Kudus dengan tinggi 27 meter. Ini melambangkan angka 2 dan 7 yag artinya dari ke 9 wali penyebar agama Islam di Jawa 2 diantaranya berada di Kudus yaitu Sunan Muria dan Sunan Kudus

Kamis, 02 Agustus 2012

Mengapa masyarakat Kudus tidak menyembelih sapi


Sapi merupakan binatang yang sangat dihormati oleh penganut agama Hindu di India. Tak ada orang di sana berani mengusir sapi yang berbaring di tengah jalan, misalnya. Sapi dianggap sebagai binatang suci. Hal ini didasarkan pada salah satu peninggalan bersejarah agama Hindu yang menceritakan keterkaitan antara sapi dan Dewa Khrisna.
Dalam peninggalan itu disebutkan Dewa Khrisna pernah menampakkan diri di bumi dalam wujud pengembala sapi, yang kemudian mereka sebut sebagai Bala-Gopala atau Govinda yang artinya seseorang yang melindungi kawanan sapi.
Bahkan dalam salah satu kitab suci lain, sapi diumpamakan sebagai ibu kehidupan karena air susunya yang banyak berguna buat manusia.

Hewan ternak sapi
Konon pada zaman dahulu ada sekelompok pendeta Hindu yang mendatangi kediaman Sunan Kudus. Mereka melakukan "topo pepe"(memanggang diri di terik matahari) di halaman rumah Sunan Kudus sebagai tanda protes karena di beberapa tempat masyarakat Kudus menyembelih hewan yang mereka hormati dan keramatkan yaitu sapi. Sunan Kudus akhirnya mendapatkan akal untuk menjawab keinginan para pendeta tersebut.
Suatu kali beliau pernah menambatkan sapi di depan masjid Menara sehingga penduduk baik yang beragama Hindu maupun Islam berdatangan ke masjid. Disinilah beliau menerangkan bahwa suatu saat ketika masih kecil beliau pernah hampir mati kehausan. Kemudian datang seekor sapi yang menolongnya dengan memberikan air susunya. Karena itu beliau melarang pengikutnya untuk menghormati hewan yang telah menolongnya dengan cara tidak meyembelih sapi.
Tindakan Sunan Kudus yang bijaksana ini mendapatkan simpati dari para pengikut agama Hindu, bahkan banyak dari mereka akhirnya menyatakan diri menjadi pengikut Sunan Kudus dan memeluk agama Islam. Demi menghormati keyakinan agama Hindu beliau melarang masyarakat Kudus untuk menyembelih sapi. Itulah sebabnya sampai sekarang di Kudus tidak ada rumah pemotongan hewan yang menyembelih sapi. Untuk mencukupi kebutuhan akan daging sapi biasanya didatangkan dari daerah sekitar. Orang Kudus percaya kalau mereka melanggar larangan ini maka akan timbul  malapetaka di kemudian hari.

Senin, 30 Juli 2012

Parijoto membuat bayi lahir cantik




Kalo kita berwisata ke Gunung Muria akan kita temukan sesuatu yang unik disana. Akan banyak kita jumpai pedagang yang menawarkan buah yang tidak terdapat ditempat lain yaitu parijoto. Parijoto merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar 1-2 meter, berdaun tunggal  berbentuk lonjong  dengan panjang 10-20 cm, bisa juga dijadikan tanaman bunga karena mudah tumbuh dan tidak memerlukan perawatan khusus. 

Tanaman ini tumbuh di wilayah pegunungan  dengan ketingian 800 – 2300 m dari pemukaan laut serta memiliki kelembaban udara dan tanah berhumus tinggi. Nama latinnya adalah  “Medinella speciosa L.” Dikalangan masyarakat pedesaan (terutama yang berada di wilayah dataran tinggi), Parijoto terkenal akan manfaatnya yang sangat beragam. Selain ampuh sebagai obat sariawan, tanaman ini juga terbukti mampu menanggulangi penyakit diare dan sangat dianjurkan bagi ibu hamil.
Dari hasil uji ilmiah ternyata buah parijoto memiliki kandungan bahan kimia saponin,  kardenolin dan flavonoid sedangkan  daunnya mengandung tanin. Dengan unsur-unsur senyawa yang terdapat di dalamnya, buah parijoto memang sangat baik jika dikonsumsi oleh ibu hamil. Flavanoid  sendiri  merupakan senyawa yang dapat mencegah timbulnya penyakit kanker.
Parijoto yang masih muda  buahnya berwarna  merah muda, sedangkan kalau sudah tua/masak akan berwarna ungu kemerahan. Buah parijoto rasanya agak sepet, bisa dimakan langsung atau  dirujak untuk mengurangi rasa sepetnya.
Bagi ibu-ibu yang sedang hamil buah ini dipercayai bisa membuat bayi  yang dilahirkan nantinya akan memiliki paras yang rupawan karena itu buah ini banyak dicari. Hal ini bermula dari suatu cerita bahwa pada zaman dulu ada seorang ibu muda yang sedang hamil datang ke Sunan Muria. Ia meminta agar  bayi yang dikandungnya bila lahir kelak diberi kesehatan dan keselamatan serta mempunyai paras yang cantik/elok atau tampan. Sunan Muria kemudian memetik buah parijoto yang banyak terdapat di lereng  Gunung Muria dan memberikannya kepada ibu muda yang sedang hamil tersebut. Selang beberapa waktu ibu muda tersebut melahirkan bayi yang sangat rupawan. Hingga akhirnya berita tentang buah parijoto yang berasal dari Gunung Muria berkhasiat untuk ibu hamil pun menyebar luas dan dipercaya hingga sekarang.
                Parijoto biasanya mulai berbuah antara bulan Maret hingga Mei. Satu tangkai kecil Parijoto biasa dijual seharga Rp 5.000 , kalau  setangkai agak besar harganya  Rp 10.000 , sedangkan satu ikatnya seharga Rp. 20.000,- terang Muti’ah pedagang asal Desa Japan yang sudah berjualan selama lebih dari sepuluh tahun dan biasa buka dari jam 08.30 - 17.00 sore. Ini tergantung juga dengan kepandaian kita dalam menawar. 
buah Parijoto matang
Kingdom:
Plantae (tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio:
Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio:
Magnoliophyta (berbunga)
Kelas:
Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas:
Rosidae
Ordo:
Myrtales
Familia:
Melastomataceae
Genus:
Medinella
Spesies:
Medinella speciosa L.

Ciri fisik :
Merupakan tanaman perdu, tegak, tinggi 1-2 meter, berdaun tunggal panjang 10-20 cm.

Ekologi dan penyebaran :
Merupakan tumbuhan liar di lereng-lereng gunung atau di hutan-hutan dan kadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh baik pada tanah yang berhumus tinggi dan lembab, pada ketinggian 800 m sampai 2.300 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan November-Januari dan waktu panen yang tepat bulan Maret-Mei.

Selain di lereng Gunung Muria parijoto juga terdapatdi lereng Ungaran,di daerah dataran tinggi Dieng yaitu di daerah Gunung Perahu,  Pegunungan Pakuwojo,dan  Pegunungan Nganjir

Bagian yang digunakan :
Daun dan buah dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan.

Khasiat dan kegunaan:
Obat sariawan : buah parijoto segar sebanyak 5 gr dicuci bersih kemudian ditumbuk halus dan dilarutkan dalam 100ml air matang. Gunakan untuk berkumur-kumur, sisanya bisa diminum.
Obat diare : daun parijoto segar sebanyak 20 gr dicuci bersih, direbus dengan 400ml air sampai mendidih selama 15 menit kemudian disaring. Setelah dingin diminum 2 kali sehari pagi dan sore.

Pengin punya anak cantik/tampan ? Tidak ada salahnya kalau anda mencoba buah parijoto dari Gunung Muria.

Senin, 23 Juli 2012

Proyek Oasis Djarum Kudus


Proyek ini berlokasi di Desa Gondangmanis Kec. Bae Kabupaten Kudus. Oasis Djarum merupakan superblok pabrik rokok Djarum. Proyek ini sudah berlangsung dari tahun 2005. Dengan konsep pabrik bernuansa lingkungan, seluruh area pabrik ini direncanakan dengan landscape yang baik sehingga nantinya akan banyak terdapat area hijau di area pabrik ini. Oasis ini bukan sekedar blok dengan bangunan pabrik saja tetapi juga komplek  perkantoran , mall dan berbagai fasilitas umum untuk karyawan maupun untuk tamu - tamu yang berkunjung. Untuk masyarakat Kudus perkembangan kota nantinya akan melebar ke bagian utara karena disini akan  tersedia berbagai fasilitas yang mendukung perkembangan masyarakat yang semakin modern.


Main Office Djarum

Djarum Bridge
  
Oasis Areal View

Rabu, 18 Juli 2012

Wisata alam Air Tiga Rasa di Rejenu


      Objek wisata Rejenu terdapat di desa Japan sebelah utara namun penduduk menyebut kawasan ini dengan nama Rejenu. Lokasi ini berada di ketinggian sekitar 1150 meter dpl terletak di pegunungan Argo Jembangan sekitar 3 km dari Pesanggrahan Colo. Bagi yang suka bertualang bisa saja ditempuh dari air terjun monthel naik menyusuri  jalan setapak dihutan. Jalannya agak licin tapi ini merupakan keasyikan tersendiri. Namun bagi anda  yang tidak ingin repot  tersedia jasa ojek melalui route desa Japan dengan tarif yang terjangkau. Cukup 10 menit  anda akan sampai lokasi karena jalannya sudah dipelebar dan dilapisi beton.
        
       Setelah sampai di lokasi kita akan melalui gapura pintu masuk mirip candi yang tersusun dari batu bata merah. Di lokasi ini   anda bisa mencoba merasakan kesegaran air pegunungan yang keluar dari  tiga buah mata air . Konon, awalnya terdapat empat sumber mata air, namun untuk menghindari pengunjung melakukan ritual yang menyimpang dari ajaran Islam, salah satu sumber ditutup karena air tersebut dipercaya bisa mendatangkan berkah. Meskipun berdekatan  namun rasa dari 3 mata air tersebut berbeda-beda.Menurut mitos penduduk  jika minum dari sumber air pertama yang rasanya tawar-tawar  masam dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Jika minum dari sumber mata air kedua yang ditengah rasanya mirip minuman ringan bersoda dipercaya dapat menenangkan jiwa dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi  persoalan hidup. Sedangkan sumber mata air yang ketiga tingkat keasamannya lebih tinggi  bahkan mirip minuman keras sejenis tuak, air ini  dipercaya berkhasiat untuk memperancar  rizki. Kalo ingin membawa pulang kita bisa membeli botol bekas air minum dari pedagang dilokasi tersebut.



       Di dekat lokasi air tiga rasa tersebut kita bisa menjumpai makam Syech Hasan Sadzali. Beliau adalah salah seorang ulama dari Timur Tengah yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Jawa. Makam  ini juga banyak diziarahi orang terutama malam Jum’at dan Minggu serta hari besar Islam, bahkan ada pengunjung yang bermalam disini biasanya mereka ingin menyepi dan mencari ketenangan bathin.
Konon Syech Hasan Sadzali pernah menghadap Sunan Muria, oleh beliau disarankan agar   menuju ke sebelah utara lereng Muria, tepatnya didaerah Rejenu. Kehadiran Syech Hasan Sadzali menarik minat banyak santri untuk menuntut ilmu. Karena jumlah santri terus bertambah Syech Hasan Sadzali beserta penduduk sekitar berinisiatif membangun mushola. Dibawah mushola itulah terdapat air tiga rasa yang dulunya dijadikan tempat mengambil air wudhu . Istilah air tiga rasa sebenarnya darang dari para musyafir yang mampir ke tempat ini dan meminum  air dari ketiga sumber mata air tersebut.

Selasa, 17 Juli 2012

Museum Kretek Kudus, wahana wisata sejarah



Museum Kretek Kudus terletak Jl. Getas Pejaten No.155 desa Getas Pejaten Kec. Jati Kabupaten Kudus Jawa Tengah Museum ini didirikan bertujuan untuk menunjukan bahwa Kudus merupakan saah satu pusat perkembangan industry rokok kretek di Indonesia.Dulunya Kudus harus bersaing dengan kota-kota di Jawa Timur untuk bisa mendapatkan sebutan Kota Kretek. Museum ini diresmikan pembukaannya oleh Gubernur  Jawa Tengah H. Soepardjo Roestam pada tgl 3 Oktober 1986. Di museum ini diperkenalkan mulai dari sejarah tentang kretek hingga proses produksi rokok kretek, mulai dari pembuatan secara manual sampai menggunakan teknologi modern.
Museum Kretek merupakan satu-satunya museum rokok di Indonesia, meskipun sekarang ini di Surabaya sudah ada House of Sampoerna.Di museum ini terpampang tokoh-tokoh yang berperan besar dalam memajukan industri rokok di Kudus seperti Nitisemito (rokok Bal Tiga), M.Atmowidjojo (rokok Goenoeng Kedoe), HM Makroef (rokok Djamboe Bol) HM Muslich (rokok Delima) H. Ali Asikin (rokok Djangkar) dan tokoh lainnya.

diorama museum kretek
Bangunan Museum Kretek ini menempati lahan seluas 2 hektar . Di depannya ada bangunan berasitektur rumah adat Kudus . Di dalam museum terdapat diorama patung-patung yang menggambarkan kehidupan dan kegiatan petani tembakau serta buruh pabrik rokok di Kudus.Ada juga berbagai macam alat dan perlengkapan pembuatan rokok. Patung-patung ini merupakan hasil karya seniman-seniman Kudus, khususnya dari kalangan pendidik.Nantinya pada acara-acara  atau pada saat ada kunjungan khusus akan dihadirkan “Pojok Buruh Kudus” Pengembangan itu akan menampilkan sosok buruh rokok yang sedang melinting atau membatil dan para pengunjung bisa berdialog dengan mereka.Ini akan memberikan sentuhan social humanis bagi pengunjung. Sebelumnya Museum Kretek telah menggarap Pojok Kehidupan Kewirausahaan Nitisemito. Pojok itu berisi tentang peninggalan-peninggalan raja kretek Kudus Nitisemito, seperti mesin ketik, surat-surat perdagangan, dan strategi-strategi promosi.
Selain taman yang indah museum kretek kini dilengkapi dengan fasilitas wisata keluarga seperti kolam renang,, waterboom,tempat parkir yang luas, taman bermain anak, mushola dan fasilitas penunjang lainnya.Pembangunannya sendiri menghabisan dana tidak kurang dari 4 milyar. Dengan adanya berbagai fasilitas ini kunjungan wisatawan ke museum ini juga semakin meningkat. Tidak hanya wisatawan lokal bahkan mancanegara juga ada. Berdasarkan data Museum Kretek Kudus, wisatawan mancanegara yang berkunjung pada Januari-Juni 2012 sebanyak 90 orang. Mereka berasal dari Perancis, Belanda, Malaysia, Jerman, dan Korea. Sedangkan jumlah wisatawan lokal pada Januari-Juni 2012 sebanyak 22.962 orang
Museum Kretek dibuka tiap hari mulai jam 09.00-15.00WIB. Harga tiket masuk juga sangat murah, hanya Rp. 1500 pada hari biasa dan Rp. 2000 pada hari libur. Untuk wahana permainan waterboom harga tiketnya Rp. 15.000 untuk dewasa dan Rp 5000 untuk anak-anak, ada juga fasilitas mini movie ,untuk ini anda harus membayar Rp 20.000 per 15 menit untuk 20 orang. Untuk reservasi anda bisa menghubungi   (0291)440545.Murah meriah  bukan?..
Ini merupakan salah satu cara pemerintah Kabupaten Kudus  untuk menjadikan museum ini tidak hanya sebagai sarana belajar dan pemberi informasi tapi sekaligus sebagai  alternative hiburan keluarga.

Senin, 16 Juli 2012

MENARA KUDUS “ The Holy Temple”




           Mengunjungi Kota Kudus belum lengkap  rasanya tanpa  mengunjungi  Menara Kudus.  Salah satu bangunan bersejarah yang menjadi  icon Kota Kudus. Pengin tahu lebih lengkap? Simak pemaparannya berikut ini.
       Masjid  Menara Kudus dikenal  juga dengan nama Masjid Al-Aqsa atau Masjid Al-Manar Berdasarkan prasasti pada sebuah batu berukuran panjang 46 cm dan lebar 30 cm yang terletak pada mihrab,kita bisa mendapatkan 4 informasi : yang pertama nama masjid ini adalah Al-Aqsa, yang kedua Masjid ini bertempat di Al-Quds (Kudus) yang ketiga masjid ini didirikan tgl 19 Radjab 956H atau 24 September 1548 dan yang terakhir masjid ini didirikan oleh Syech Dja'far Shodiq (Sunan Kudus) . Konon  batu ini diambil langsung dari Baitul Maqdis di Palestina.
            Masjid ini terletak di desa Kauman Kec. Kota sekitar  1,5 km arah barat alun-alun Simpang Tujuh Kudus. Mudah dijangkau dari berbagai arah. Tetapi untuk peziarah yang menggunakan bus harus parkir di lokasi parkir desa Bakalan Krapyak sekitar  1,5 km dari lokasi. Untuk sampai ke Masjid  Menara bisa menggunakan jasa ojek  atau angkutan wisata  atau kalo mau jalan kaki juga bisa.
Di pintu masuk masjid terdapat sebuah gapura yang mirip dengan bangunan candi-candi yang ada di Jawa Timur, penduduk menyebutnya sebagai Lawang Kembar.Ada cerita yang menyebutkan bahwa gapura tersebut  berasal dari peninggalan kerajaan Majapahit. Dikomplek masjid terdapat sebuah kolam peninggalan purba yang dijadikan tempat  wudhu pria, ada 8 buah pancuran  berbentuk kepala arca yang konon mengadopsi keyakinan agama Budha tentang Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.

MENARA KUDUS

            Memasuki area masjid kita akan dibuat  terpesona dengan adanya sebuah menara disebelah masjid. Menara ini tingginya sekitar 18 meter dan di bagian dasarnya berukuran 10 x 10 m, di sekelilingnya dihias dengan piringan-piringan bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah, 20 buah diantaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sedang 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Dalam menara ada tangganya yang terbuat dari kayu jati yang diperkirakan dibuat pada tahun 1895 M. Tentang bangunannya dan hiasannya jelas menunjukkan hubungannya dengan kesenian Hindu Jawa. Karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian yaitu Kaki, Badan dan  Puncak bangunan. Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen, konon direkatkan dengan cara menggosokkan batu bata sampai rekat.  Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat soko guru yang menopang dua tumpuk atap tajuk. Pada bagian puncak atap tajuk terdapat semacam mustoko (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada elemen arsitektur Jawa-Hindu

           Di bagian belakang masjid terdapat komplek makam Sunan Kudus beserta kerabatnya. Pintu masuk menuju makam ada di sebelah selatan masjid. Setelah melewati gapura pertama kita akan melalui pintu masuk kedua. Disini terdapat bangunan-bangunan yang menyerupai paseban. Yang terbesar dulunya dipakai Sunan Kudus sebagai tempat pertemuan dan tempat memberikan wejangan kepada santri-santrinya. Disebelah utara bangunan ada gapura kecil menuju komplek makam Sunan Kudus. Komplek pemakaman ini terdiri dari beberapa komplek pemakaman kecil yang masing-masing memiliki hubungan  dengan Sunan Kudus. Ada  komplek pemakaman  putra-putri Sunan Kudus, ada komplek pemakaman para panglima perang dan yang terbesar adalah komplek pemakaman Sunan Kudus sendiri. Uniknya semua pintu masuk tiap komplek adalah gapura yang lebih mirip dengan candi. Bahkan dinding pagar yang mengitarinya juga tersusun dari bata merah seperti candi. Ini merupakan komplek pemakaman Islam yang bercorak Hindu.

       Komplek pemakaman Sunan Kudus ini setiap harinya tidak pernah sepi dari para peziarah yang berdatangan dari berbagai tempat.Puncak keramaian terjadi tiap tanggal 10 Syura saat acara Buka Luwur atau penggantian kain di komplek makam Sunan Kudus. Penduduk biasanya berebut nasi yang dibagikan dengan dibungkus daun jati. Konon ceritanya nasi ini bisa membawa berkah sehingga ada yang menjemurnya kemudian dicampurkan sedikit-sedikit tiap kali masak nasi.

Replika Menara berbahan "Jenang Kudus"
 Masjid Menara Kudus merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya dan sekarang ini masuk dalam salah satu cagar budaya yang wajib dijaga kelestariannya. Replika menara Kudus dibuat oleh Perusahaan Jenang Kudus cap “Menara” merupakan replika terbesar berbahan kue yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri). Bahkan tugu identitas Kudus yang terletak di utara Kudus Extension Mall juga mengadopsi arsitektur dari Menara Kudus. Tertarik ?.. Datang aja sendiri ke lokasi.